RESENSI
NOVEL “ REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU “
Melalui ‘Rembulan
Tenggelam di Wajahmu’ Tere Liye mengajak kita untuk bergelung dan berpikir
tentang takdir. Bahwa hidup ini adalah sebab akibat yang saling berangkaian. Namun tidak semuanya mengerti, tidak
semua ‘mau’ memahami, dan tidak semuanya peduli. Rehan, seorang anak yatim
piatu yang mengalami asam manisnya hidup dan pahit getirnya perjuangan,
sehingga mengantarkannya menuju puncak kesuksesannya di waktu yang sangat muda.
Dalam menempuh langkah demi langkah perjalanan hidupnya Rehan dihadapkan kepada
pertanyaan besar yang tak kunjung jua terjawab oleh waktu yang ia lalui. Lima
pertanyaan besar dalam hidupnya. Lima pertanyaan yang ditujukan untuk langit.
Pertanyaan pertama : Apakah kita memang tidak pernah
memiliki kesempatan untuk memilih saat akan dilahirkan?
Pertanyaan kedua : Apakah hidup ini adil?
Pertanyaan ketiga : Mengapa kehilangan selalu begitu terasa menyakitkan?.
Pertanyaan keempat : Mengapa terkadang hidup ini terasa hampa dan kosong. padahal kita memiliki hal-hal yang dapat membuat kita merasa senang?
Pertanyaan kelima : Mengapa kita haru merasakan sesuatu yang namanya "sakit"?
Pertanyaan kedua : Apakah hidup ini adil?
Pertanyaan ketiga : Mengapa kehilangan selalu begitu terasa menyakitkan?.
Pertanyaan keempat : Mengapa terkadang hidup ini terasa hampa dan kosong. padahal kita memiliki hal-hal yang dapat membuat kita merasa senang?
Pertanyaan kelima : Mengapa kita haru merasakan sesuatu yang namanya "sakit"?
Rehan
diberikan kesempatan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya di
akhir kehidupannya. Membaca novel ini, selain mengajak otak kita bermain-main
dengan alur maju mundur yang dicampur apik, kita juga ‘dipaksa’ untuk
mengikutsertakan hati. Mengingatkan kembali pada sebuah kalimat, ‘tak ada yang
kebetulan dalam hidup ini’. berpikir bagaimana menyikapi takdir dan
‘memenangkannya’.
“Ray, kalau Tuhan menginginkannya terjadi,
maka semua kejadian pasti terjadi. Tidak peduli seluruh isi langit dan bumi
menggagalkannya. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak menginginkannya, maka sebuah
kejadian tidak akan terjadi, tidak peduli seluruh isi langit dan bumi bersekutu
melaksanakannya… .” Hal 213
Tidak ada komentar:
Posting Komentar